The New Kid on the Block: IKN sebagai Faktor Baru dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia
The New Kid on the Block: IKN as a New Factor in Indonesia's Foreign Policy
Indonesia telah membuat keputusan bersejarah untuk memindahkan Ibu kota sejauh 800 mil dari Jakarta yang saat ini penuh masalah, sejalan dengan rencana peresmian perdana Ibu Kota Nusantara (IKN), sebagai "self-propelled city" tahun depan. Meskipun muncul kekhawatiran tentang ketergantungan ekonomi dan potensi munculnya titik-titik konflik, pemerintah secara kreatif telah menginisasi proses investasi, menekankan pada pembangunan mega proyek senilai Rp466 triliun ($29,2 miliar), dengan pandangan optimis untuk mewujudkan konsep visi kota global masa depan.
Pemindahan ibu kota tidak hanya sekadar pergeseran administrasi dan infrastruktur fisik; idealnya pemindahan dapat menciptakan simbol kedaulatan nasional, vitalitas ekonomi, dan lokus politik baru yang bertujuan untuk mencapai kepentingan domestik dan internasional. Sebagai pusat pertumbuhan baru yang dinantikan, IKN diharapkan menjadi elemen krusial dalam agenda diplomasi Indonesia. Otoritas pemerintah, dengan dedikasi tanpa ragu, telah secara strategis mempromosikan IKN di berbagai platform dan forum internasional untuk menarik perhatian dan mendorong investasi. Muncul pertanyaan: Apakah IKN telah menjadi tema utama diplomasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir? Bagaimana prospek IKN sebagai faktor penentu baru dalam diplomasi Indonesia? Bagaimana respons internasional terhadap megaproyek?
Indonesia forges ahead with its seismic decision to relocate the capital 800 miles away from the current problems plaguing Jakarta, set to unveil Ibu Kota Nusantara (IKN), the "self-propelled" city next year. Despite mounting concerns about economic dependencies and potential conflict flashpoints, the government has creatively initiated the investment process, placing a significant emphasis on investing in a mega-project amounting to Rp466 trillion ($29.2 billion), with an optimistic outlook for realizing the envisioned concept of a global future city.
The capital relocation transcends a mere shift in administrative and physical infrastructure; it aspires to forge symbols of national sovereignty, economic vitality, and political loci, serving the dual purpose of advancing both domestic and international interests. Positioned as the anticipated new epicentre of growth, IKN is hoped to be a crucial element in Indonesia’s diplomatic agenda. Government authorities, with unwavering dedication, have strategically promoted IKN on diverse platforms and international forums to garner attention and spur business confidence. Questions arise: Has IKN become the primary theme of Indonesia's diplomacy in the past years? What are the prospects of IKN as a new determinant factor in Indonesia’s diplomacy? How do countries respond to the megaproject?